Daftar Blog Saya

Enggak Perlu kau bilang...

terimakasih dan berulang-ulang terimakasiiii dah.....

    Ulang tahun..yaa..ketika dinobatkan untuk mengulang hari kelahiran diri sendiri.ga muluk-muluk untuk menunggu kado spesial apa yang kira-kira gw dapet dari bunda dan orang rumah,atau mungkin temen-temen gw disana..hari ini banyak delay kegiatan udah gitu doi yang  sekarang sangat tarlalu santai,cuek,tapi bertanggung jawab seperti yang gw harapkan juga tiba-tiba menelfon dan berada didepan pagar rumah gila gw baru bangun terlihat jam diangka 10 malem..asliiii... ketiduran akibatnya sms tak dihiraukan dan apa nih pikir gw.ternyata ga lama lagi gue mengulang hari lahir toh.heheh.dengan sebuah bungkusan kecil yang sederhana kayaknya sih ga mau keduluan sama yang lain nih doi ngucapinya,tapi kecepetan sis.hehe.Dengan sok romantisnya gue cuma bisa balik ngasih lagu aja dh pake gitar (saik ya kaya anak-anak slank) memang ingin terlihat kampungan.haha gpp deh.Tapi bukan untuk terlalu dipikirkan.mengingat seperti saat berumur 3 tahun.mungkin itu rangkaian kata yang tepat buat tanggal ini.karena seperti dimna seorang bayi mulai mencoba merangkak lagi,terjatuh lagi dan berusaha untuk berlari..memang seistimewa apapun yang terjadi hari ini apapun bentuknya dimana gw sendiri tengah dalam sebuah percampur adukan tatanan perjalanan hidup dijakarta yang selalu penuh peraturan.tapi no problem aturan itu kan  dibuat untuk dilanggar.ya ga.hehe
    Ketika tahun ini perjuangan yang berat adalah masa-masa akhir menyelesaikan tugas akhir kuliah yang seharusnya sudah diselesaikan tahun kemarin secara visual juga karya dan alhamdulillah mendapat great yang memuaskan tanpa menyaingi karya-karya Allah swt yang pstinya adalah yang terbaik.Namun secara tertulis tugas ini belum berakhir,ada ajalah rintangannya dan memang kali ini gw harus bekerja keras sendiri membentuk laporan-laporan tertulis dari karya visual sebuah film pendek yang diciptakan bersama 6 teman lainnya pada tengah tahun lalu..tapi ini bukan keluhan dan memang seharusnya bukan untuk dikeluhkan..gw coba menikmati sebagai karya pribadi gw yang merupakan hasil dari 5tahun gw dikampus berlaga nyeni yang gelarnya hanya berupa diploma..tapi setelah  berpikir panjang ternyata pengalaman jauh lebih berharga dari semua..sebuah pendidikan nonformal dilapangan dan bersosilisasi dengan beberapa teman-teman yang memang setengah seniman dan hampir menjadi seniman beneran..haha kalian cukup berak fren..(jangan lupa inget rumah lah) tapi berarti untuk sebagian influence diumur gw yang sekarang ini.
    Untuk tahun ini realisasi yang paling penting yang harus gw kejar "gw harus rajin sholat,lebih berbakti dan berguna buat bunda (maaf bun jarang dirumah) dan keluarga juga ade-ade gw yang masih lucu-luu sekali..hahaa..sebuah renungan dimana gw juga sering menyia2kan waktu santai nongkrong da sebagainya.ya sedikit2 mungkin lama-lama bisa menjadi bukit kata pepatah..balik lagi semua sudah ada yang mengatur dan gw hanya harus terus berusaha lah,,bisa sambil berkarya,idealis tetap jalan tapi meghasilkan dan berguna buat sekitar. aminnn. Klo kata penyemangat yang tepat apa ya.. mungkin...
 "hidup ini adalah kita sendiri yang mengawali dan menjalaninya.."
    happy birthdaylah untuk saya..jadi tertawa melihat beberapa teman wanita dan pria mengucapkan lewat dunia maya dan habis gw malem ini dengan keamisan telor dan apalah itu gw ga tau..anjirr lah kalian semua..hahaha.yayaya..sampai jumpa di kesuksesan saya dan kalian yang selanjutnya!!!! terimakasih banyak ucapannya maaf belum bisa dibalas dan sebagainya..kalian hebat!!!!dibakar trus dituang donk..hihihihi

*Pembaca blogger yang baik selalu meninggalkan komentar apapun bentuknya...

Scene Musik Bawah Tanah Air(Indonesia)

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Sucker Head - 1995

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.

Rotor(pecahan sucker head)

Roxx 1988

Pid Pub

Cornelia Agatha
Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan jugamantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran. Diluar itu, pentas seni SMA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor.


Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.



Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).
Pahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi Brainwashed pertamaterbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi Brainwashed berikutnyamengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di 1997 Brainwashed tahunsempat dicetak ala majalah profesional dengan cover penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulismenggagas format e-zine di interne Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan sebagainya.
29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif.



Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana. (baca blognya nya di artikel sebelumnya mengenai Poster Cafe).
Rumah Sakit saat wawancara diMTV

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri
Underground Cafe 2001
Nirvana Cafe 2002

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.

Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.

Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.
 
Indie Indonesia Era 2000-an

Bagaimana pergerakan scene musik independen Indonesia era 2000-an? Kehadiran teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan (networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih beragam. Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna puluhan tahun ke depan.

Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom `indie’ dan bukan underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah `indie atau underground’ ini di tanah air. Sebagian orang memandang istilah `underground’ semakin biasa karena kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang `sell-out’, entah itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang menggunakan idiom indie karena lebih `elastis’ dan misalnya, lebih friendly bagi band-band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media massa nasional, jauh
meninggalkan istilah ortodoks `underground’ itu tadi.

Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari bersenang-senang lebih menjadi `panglima’ sekarang ini.
 
(data by  : Hamni_psychocandy)& arsip-arsip lama


Tribute to Poster Cafe Jakarta-No Fans All Friends


Poster Café? Yups, bagi yang mengikuti perkembangan musik independent di Jakarta pasti sudah tidak asing lagi nama “Poster Café”, yuuups, Café legendaris yang dimiliki rocker gaek Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie di tanah air,khususnya Jakarta. 

Di era tahun 1996-1999 di poster café inilah embrio-embrio scene indie dilahirkan, seperti Getah, Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP dan lain-lain.
Di hari Jumat, 10 April 2009 yang lalu, di Prost Beer House, Jl. Taman Kemang no. 19 Jakarta Selatan, nuansa era-era kejayaan Poster Café dibangkitkan kembali lewat acara “Poster Café Reunion” yang di adakan oleh Black Hole. Tampak yang datang adalah musisi-musisi indie era 90-an, diantaranya Arian 13, Pepeng “Naif”, Jimi”Be Quite” yang sekarang bergabung dengan “The Upstairs”, Vincent “Parklife” dan Desta “Chanel 69” yang kini tergabung dalam Club Eighties,dan masih banyak lagi musisi-musisi Indie jadul lainnya.

Acara dimulai dengan beat beat dinamis lagu-lagu “Blur” yang dibawakan oleh Park Life, terlihat pengunjung yang hadir langsung bergerak merapat ke panggung berteriak bernyanyi bersama, walaupun terkadang betotan bass vincent (Club Eighties) rada-rada meleset, tapi takmengurangi performa mereka dipanggung. “Guwe lupa chord nyaa” seru Vincent di tengah teriakan request pengunjung di depan panggung. Choir penonton semakin kompak saat “Park Life” melantunkan “Country House” nya Blur.

Malam semakin panas, saat Glue beraksi, di sela-selanya sang gitaris Glue ini selalu melontarkan banyolan-banyolan segar kepada penonton, tak elak gelak tawa mewarnai disetiap pergantian lagunya. Irvan Vokalis band Glue ini dulu tergabung dalam “Jelly fish” pada era-era Poster Café.

Untuk selanjutnya giliran “Be Quiet” membuat heboh suasana Prost Beer malam itu, Siapa sangka kalo vokalis flamboyan dari “The Upstairs” tampil begitu cadas, dengan kostum hitam-hitam, Jimi bermain drum hardcore punk. Seperti biasa, musik ini selalu disertai dengan “diving” di depan panggung, tak ketinggalan Vincent dan Desta Club Eighties yang juga ikutan “diving” dikerumunan penonton yang datang. “ ya ya..sisa sisa semangat jaman muda dulu laaah..” ujar jimi “Be Quite” Upstair Multhazam.

Desible agak menurun dan santai saat band Britpop “Planet Bumi” tampil, yah, band yang sudah lama malang melintang di kancah permusikan Indonesia ini cukup soul full melantunkan lagu-lagu mereka. Penonton terlihat bernyanyi bersama mengikuti lagu-lagu Planet Bumi. “Jadi inget masa muda” ujar salah seorang penonton.

Yeah.., Setelah Planet Bumi inilah malam semakin terasa ”Hot” di prost beer House saat itu. Knapa? Karena 3 band terakhir ini membawakan musik yang cadas, secadas semangat era Poster Cafe dulu, mereka adalah U.F.O dan RGB dengan Punk Rock nya, dan disusul penampilan terakhir beat-beat hardcore oleh ANTISEPTIC. Tak perlu dideskripsikan secara panjang, penampilan 3 band terakhir ini memang benar-benar membuat suasana Prost Beer berubah menjadi suasana era lampau, tahun 90-akhir di Poster Cafe. Tempat diman embrio-embrio scene indie berkembang hingga pesat seperti sekarang ini.

Poster Cafe
Lokasinya terletak di dalam kawasan Museum Satria mandala yaitu museum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ,setelah ditutup untuk Acara-cara Undrground seinget gw nih tempat jadi tempat Billyard namanya kalo ga salah Jakarta Club ato pada saat itu dikenal dengan JC. denger2 sih dulu pemiliknya adalah Ahmad Albar,kalo ada yg tau bisa dikonfirmasi lg maklum masih wacana aja.
suasana di dalam acara bener2 Mang sesuai tema "No Fans all Friends"..disana yg bintang tamu,yg featuring yg nonton benar2 ga ada batas bener2 ciri underground sejati yg anti NGARTIS


Pengen tahu dong  yg dulu pada ngeband jg di jamannya di masa2 poster cafe ini..apa kabar dgn bandnya dan sekarang gimana nih..masih jalan apa ngga,..

mau tahu dong story kalian semua khususnya yg terlibat di scene ini pada massanya kita share segala pernak-perniknya (seperti maen ludah2an,joget  pogo,joget keramas ato dansa resah.,godain cewe britpop yg lucu2,nama2 tongkrongannya spt SHELTER,BUBUR,SOPS dll) share yah gan story2 lucunya masa masa itu....

kalo ada yg mo nambahin storynya terima kasih banget...ato PIC2 nya yg kebetulan punya...
The Poster Legends:


Waiting Room Album

WAITING ROOM (Lukman, Vanno, Giox, Dadi, Nanoe, Frid, Ibob) memang sudah almarhum. Sebagian personilnya membentuk SUPERGLAD. Padahal sebetulnya Waiting Room adalah kelompok yang solid, aksi panggung mereka 'gila', sang vokalis bahkan suka eksibionis alias melorotin celana (hahaha...).
mereka sempat mengeluarkan satu album indie yg susah sekarang banget dicarinya,maklum gan waktu itu masih serba analog..,lagu waktu itu yg terkenal banget Ruang tunggu ma duit..yg lainnya juga enak2 kok..kalo agan2 ada yg masih punya koleksinya boleh di share gan..
album yang masih indie label Musiknya SKA HARDCORE:
oiya trus mereka juga sempet maenin musik yg agak funk gtu dan ngeluarin satu album "Propaganda" yg album ini uda di major label dan Eka ga ikutan,kalo ga salah karena Eka study di Australia..
Waiting Room - Propaganda


RUMAH SAKIT
Band ini terdiri dari Gorry (drums), Shendy (bass), Dion (gitar), Mark (gitar) dan Andri (vokal). Band anak-anak IKJ ini dinamakan Rumah Sakit karena simpel dan mudah diingat. Lagu pertama Rumah Sakit yang dipublikasikan adalah berjudul "Datang" dan lagu kedua mereka yang diambil dari album independent mereka berjudul "Hilang". Kedua lagu ini sempat menduduki puncak tangga lagu Prambors "IndieLapan". Karakter musik mereka sangat dipengaruhi oleh warna musik British Pop seperti The Stone Roses, The Charlatans, Blur, Chapter House, The Beatles dan The Byrds. Sekitar akhir Januari 1998 lalu mereka meluncurkan album perdana mereka yang diproduksi oleh "Independent Record" dengan judul album "Rumah Sakit".

dan ini beberapa yang didapat sisa-sisa mereka yang sempat menikmatinya